Nurbaiti

Sabtu, 10 Oktober 2015

7 Desa industri termaju di kabupaten pemalang

Kabupaten pemalang  setidaknya memiliki jumlah desa sebannyak 211 dan kelurahan sebanyak 11 yang tersebar dalam 14 kecamatan,
dari 211 desa dan 11 kelurahan tersebut Pressiwa mencoba merangkum 7 desa mana saja di pemalang yang dianggap paling maju dari desa desa lainya.

pressiwa melakukan perangkingan ini mengacu kepada data kemiskinan di BPS ,kompetisi perlombaan Sikompak award,maupun Kelengkapan UPK.

berikut saya rangkum 7 kelurahan dan desa termaju di pemalang versi pressiwa

1.Kelurahan Purwoharjo




purwoharjo adalah kelurahan di kecamatan Comal,
Kelurahan purwoharjo termasuk desa yang paling maju di 
pemalang.

karena di Kelurahan ini terdapat pasar yang cukup berkembang,demikian pula kantor kecamatan Comal pun terletak di Kelurahan Purwoharjo.

Bukan halnya itu saja Purwoharjo juga merupakan pusat segala perekonomian di daerah comal,apalagi saat ini pemerintah daerah juga mulai mengembangkan daerah ini,mulai dari memperlebar jalan jalan,juga pembangunan yang terus menerus mulai dari sekolah sampai pertokoan,letaknya yang strategis di pinggir pantura dan dari pusat kota pekalongan dapat dicapai cuma 30 menit saja,purwoharjo terkenal akan konveksi,furnitur furnitur mebelnya,pusat tempatnya yaitu dari pasar comal ke arah utara lewat jalan sebelah barat,disitulah terdapat banyak kerajinan kerajinan mebelnya.

Desa purwoharjo juga merupakan desa yang mempunyai prestasi yang cukup bagus,pernah juga mengikuti lomba administrasi desa se-kab Pemalang dan menyabet juara I, dan ketika lomba tata administrasi desa se-jawa tengah juga merebut juara II se-jateng, yang saat itu Masruri sebagai salah satu perangkat desa yang menjadi delegasi dari kelurahan purwoharjo dalam perlombaan tersebut. Purwoharjo letaknya sangat strategis karena selain pasar Comal terletak di purwoharjo juga ada sub terminal bis AKAP, dan juga Stasiun kereta api.
Saat ini dipurwoharjo

2.Desa Wonogiri


 
desa wonogiri terletak 7 km keselatan dari jalan pantura, di dalam desa tersebut terdapat dukuh kepuh yang bermakna penduduk di desa tersebut yang memiliki pendapatan perkapita yang tinggi, terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki mobil bagus dan banyak lulusan perguruan tinggi ternama berasal dari dukuh kepuh. Mata pencarian utama penduduk adalah bertani, karyawan, guru, pekerja pelayaran dan mandor sebuah proyek bangunan di berbagai tempat di tanah air. Selain itu banyak terdapat SDM yang bermutu di desa Wonogiri yang belum banyak terekspos. beberapa orang yang di perantauan banyak yang menduduki jabatan penting di perusahaan dan instansi pemerintah.
Kemajuan desa wonogiri mulai nampak setelah berturut turut menjuarai lomba tingkat se kab pemalang yaitu keluar sebagai juara pertama.
3.Desa Botekan


 
Letak geografis Desa Botekan cukup menguntungkan, karena terletak dipinggir dekat dengan jalan utama negara Jakarta - Surabaya, berjarak 1,5 KM dari jalan utama dengan dihubungkan jalan kelas C, sehingga untuk mencapai jalan utama cukup ditempuh waktu 10 menit dengan sepeda motor atau 20 menit dengan sepeda biasa. Desa Botekan juga menjadi jalan alternatif untuk menuju ke PG Sragi ataupun PD Pasar Comal.
Penduduk Desa Botekan mayoritas bekerja sebagai buruh tani atau penjahit di perusahaan-perusahaan konveksi yang mulai menjamur di Desa Botekan. Industri Konveksi mulai masuk ke desa botekan mulai tahun 1990-an, yang awalnya pengusaha-pengusaha dari Desa Botekan masih membuka konveksinya di Jakarta. Mulai tahun 1992 para pengusaha konveksi mulai memindahkan usahanya dari Jakarta ke Desa Botekan dengan alasan biaya produksi yang lebih murah. Nah mulai tahun 1995 mulai pengusaha tersebut menularkan pengetahuan dan jaringannya ke tetangga dan saudara-saudaranya di Desa Botekan. Industri konveksi ini telah mendongkrak pendapatan rata-rata penduduk Desa Botekan.
Disamping industri konveksi yang sudah maju, hasil pertanian berupa beras masih menjadi andalan Desa Botekan, industri penggilingan beras juga terus berkembang. Namun semakin berkurangnya lahan-lahan sawah yang berubah fungsi menjadi rumah tinggal mulai mengurangi hasil panen padi. Juga mulai susahnya mencari tenaga buruh tani, karena generasi mudah lebih memilih jadi buruh di industri konveksi.
Penduduk Desa Botekan mayoritas muslim dan dianggap cukup religius, setidaknya ada beberapa organisasi keislaman seperti NU dan Muhammadiyah yang aktif melakukan pembinaan kepada masyarakat disana.
4.Kelurahan Widuri


 
 Desa Widuri terletak di kecamatan Pemalang, kabupaten Pemalang, Jawa tengah. Sebelah barat adalah kelurahan sugih waras (tanjung sari), sebelah timur desa dana sari, sebelah selatan kelurahan pelutan dan sebelah utara adalah laut jawa.


Nama widuri diambil dari legenda nyi widuri seorang yang cantik jelita yang hidup di desa tersebut. Jika anda sedang berada di ibukota kabupaten Pemalang atau tepatnya berada di alun-alun kota maka cobalah anda menghadap utara maka akan terlihat jalan lurus dari depan kabupaten sampai ke pantai widuri. Konon, menurut legenda Pemalang, jalan lurus tersebut dibuat oleh seorang Patih yang sangat sakti yang apabila diperintah, beliau selalu menjawab sampun (sudah terlaksana), kemudian Patih itu dikenal dengan nama Patih Sampun.

 

5.Keluran wanarejan utara

 


Wanarejan Utara adalah sebuah  desa yang terletak di kecamatan Taman.

Sebagai salah satu potensi daerah yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomi masyarakat serta mempunyai nilai kekhasan daerah, dengan tingkat kepedulian masyarakat yang tinggi terhadap kelestarian industri kain tenun ATBM pengusaha kain tenun semakin berkembang dan meningkat baik produksinya maupun corak kain tenun yang ada seiring peningkatan permintaan konsumen. Industri Kain Tenun ATBM sudah ada pada jaman penjajahan Belanda, dan dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat desa. 

 

Pada Tahun 1950 an tokoh desa yang mengembangan motif desain kain tenun sarung dikenal Bapak Tasmun, sedangkan peningkatan kualitas hasil dikenal dimasyarakat Bapak M. Sodik To’at, yang berupa kain tenun sarung tradisional sampai sekarang berkembang menjad icon desa Wanarejan Utara sebagai desa kain tenun ATBM atau kain tenun goyor. Kampung Kain Tenun ATBM Wanarejan Utara merupakan sentra industri kain tenun ATBM baik dimasa lalu sampai sekarang, pengembangan kain tenun ATBM telah menyebar ke wilayah desa lain dalam lingkup kecamatan Taman, kecamatan Comal dan kecamatan Petarukan. Kain Tenun ATBM merupakan industri rumah tangga pada kawasanan pemukiman sebagai penghasil kerajinan tenun di desa Wanarejan Utara.

Kerajinan tenun ikat ATBM di Desa Wanarejan Utara Kec. Taman Kab. Pemalang sudah ada sejak tahun 1930-an, karena kondisi keamanan, kerajinan ini belum mengalami kemajuan yang berarti. Baru pada tahun 1950-an kerajinan ini mulai banyak diproduksi oleh masyarakat sebagai home industri dan lama kelamaan berkembang menjadi sentra yang dinamis. Produksi masyarakat pada saat itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seiring berjalannya waktu hasil produksinya pun dapat diterima oleh konsumen di daerah lainnya.



Produk utama yang dihasilkan pada sentra ini adalah sarung kembang atau sering disebut sebagi sarung goyor/ byur. Penyebutan ini berkaitan dengan proses produksi yang dilakukan yaitu sebelum benang ditenun terlebih dahulu diikat, sehingga benang yang tidak diikat akan terkena warna sesuai dengan design dan pola yang dikehendaki. Pola atau gambar yang digunakan bermotif bunga (kembang) dengan susunan tetris atau berbalok-balok. Sarung ini juga mempunyai kelenturan tersendiri dan tidak mudah kusut sehingga masyarakat menyebutnya sebagai sarung goyor atau byur.
6.Desa Beluk
 

Desa Beluk berada di Kecamatan Belik,sebelum tahun 66 terbilang desa kering. Suatu hari seorang penduduk bernama Karyawitana mencoba menanam beberapa pohon nanas di kebonnya. Melihat tumbuhan tersebut hidup dengan subur, tetangga Karyawitana tak pelak lagi langsung meniru. Sejak itu mulailah penduduk desa Beluk keranjingan menanam pohon nanas yang kemudian ditiru pula oleh penduduk desa lain, baik itu di Kecamatan Belik maupun tetangga-tetagganya di Kecamatan Moga.

 Tak tanggung-tanggung desa Beluk dengan luas 725 Ha itu sekarang nyaris dipenuhi tanaman nanas yang menurut Kepala Desa Beluk, Sastrodiharjo (52 tahun), 565- Ha di antaranya digunakan untuk tanaman tersebut. Dan tentang pemasaran buah nanas - yang tak mengenal musim panen itu  rupanya tak begitu sulit.

 Pasar desa Randudongkal yang dalam seminggunya dibuka 4 kali cukup untuk menampung hasil pertanaman penduduk sekitar desa tersebut. Menurut Sastrodiharjo setiap hari pasaran sampai 7 truk nanas mengalir dari pasar tersebut ke kota, sebab itu pula orang biasa menyebutnya nanas "dongkal".

 

 Setiap truk mampu membawa 6000 buah nanas. Baru dari pasar desa ini nanas yang harganya Rp 20 sebuah itu dibawa ke Cirebon atau Jakarta. Keberhasilan desa ini menghijaukan daerahnya dan sekaligus berhasil pula mnproduksi nanas membawa keberuntungan lain bagi penduduknya. Tahun ini desa Beluk memenangkan hadiah lomba penghijauan desa se Karesidenan Pekalongan. 

 

Tak urung sebagai hadiah Pemda Kabupaten Pemalang segera memberikan bantuan Inpres berupa bangunan bendungan di Kenteng untuk pengairan sawah di desa tersebut.

 

 

7.Desa Gombong 



Hasil gambar untuk desa gombong pemalang


desa gombong berada di Kecamatan Belik, Hawanya sejuk dengan panorama alam yang indah. Dengan tipografi alam seperti itu, Gombong memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan desa lainnya. Setidaknya, potensial untuk budi daya tanaman holtikultura dan bisa dikembangkan menjadi objek wisata perkebunan.

Sejauh ini, Desa Gombong diproyeksikan oleh Pemkab sebagai sentra kegiatan agrobisnis berpola modern atau lebih dikenal dengan program agropolitan. Kini, program itu sudah berjalan bagus. Sarana dan prasarana pendukung telah dibangun termasuk jalan mulus dan terminal untuk pemasaran komoditas sayuran ke berbagai daerah.

Program agropolitan tidak saja di Kecamatan Belik tetapi mencakup wilayah Watukumpul, Pulosari, Moga, dan Randudongkal. Memasuki tahun ketiga ini (agropolitan dirintis pada 2003), banyak hal yang telah dikerjakan. Hasilnya pun mampu mendorong gairah para pelaku agrobisnis.
ada delapan strategi yang diterapkan, antara lain meningkatkan sumber daya manusia dan kelembagaan petani serta penguatan modal kelompok. Hasilnya, kini program itu sudah menuju kepada kemandirian petani.

Sebagai tolok ukur keberhasilan adalah banyaknya pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, lembaga penelitian, departemen, dinas, instansi, dan universitas yang berkunjung ke kawasan agropolitan.
Hampir setiap bulan, Pemkab menerima tamu untuk studi banding, survei, atau magang. Tamu-tamu tersebut dari Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Jawa Tengah sendiri.

"Bahkan, kami menerima kunjungan dari pemerintah daerah yang lebih dulu melaksanakan agropolitan, seperti Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Kulonprogo. Namun, hendaknya hal itu jangan membuat kita berbangga hati dan terlena untuk semakin maju,"
Pada tahun ketiga ini sangat diharapkan bantuan dari Dinas Permukiman dan Penataan Ruang (Kimtaru) Provinsi Jateng terutama agar lebih banyak lagi membantu mengembangkan kawasan agropolitan mandiri sehingga sistem dan usaha agrobisnis berjalan dengan baik. Pemkab juga siap memberikan dana pendamping.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar